Wednesday, October 11, 2006

Low Purchasing Power

Selasa, 22 Agustus 2006

Daya Beli Masih Rendah


Tasikmalaya (West Java), Kompas - Sejak tahun 2001, pendapatan asli daerah atau PAD Kabupaten Tasikmalaya meningkat. Namun, meningkatnya PAD tidak serta-merta mampu meningkatkan daya beli masyarakat Kabupaten Tasikmalaya yang sebagian besar bekerja di sektor pertanian.

Daya beli masyarakat masih rendah karena hasil pertanian masih sebatas untuk memenuhi kebutuhan petani dan keluarganya. Pertanian belum dikembangkan menjadi unit usaha komersial yang menguntungkan.

Menurut Kepala Badan Perencanaan Daerah (Bapeda) Kabupaten Tasikmalaya Hidayat, Senin (21/8), yang paling memungkinkan untuk dilakukan Kabupaten Tasikmalaya ialah mengembangkan agrobisnis.

Apalagi, lanjut Hidayat, struktur ekonomi Kabupaten Tasikmalaya masih didominasi sektor pertanian. "Upaya konkretnya berupa pengembangan padi organik yang dipadukan dengan peternakan," katanya.

Kerja sama (Collaboration)

Sementara Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Siliwangi (Unsil) Prof Dr Kartawa mengatakan, jika pertanian menjadi prioritas pembangunan, seharusnya hal itu tercermin dari besarnya alokasi anggaran dalam APBD untuk pertanian.

"Selama ini dari besaran APBD untuk pertanian, saya masih belum melihat bahwa sektor itu menjadi prioritas pembangunan. Besarnya alokasi untuk sebuah sektor menjadi cerminan ke mana pembangunan diprioritaskan," kata Kartawa.

Diakui, sebagian besar masyarakat Kabupaten Tasikmalaya bergerak di sektor pertanian. Selain itu, lahan produktif yang bisa ditanami masih luas. Jika diprioritaskan, sektor pertanian akan mendongkrak taraf ekonomi masyarakat, tetapi hasilnya tidak akan secepat industri. "Investasi di bidang pertanian memerlukan waktu," ia menegaskan.

Untuk mengembangkan sektor pertanian, menurut dia, diperlukan pengembangan agrobisnis dari hulu hingga hilir. Hal ini untuk mengantisipasi posisi petani yang selalu "tersisih" dalam rantai ekonomi.

"Ketika memerlukan sarana produksi, petani di posisi paling belakang sehingga biaya yang dikeluarkan tinggi. Sementara ketika menjual hasil produksinya, di posisi terdepan dan mendapatkan harga jual rendah," tuturnya.

Oleh karena itu, lanjut Kartawa, jalan keluar yang dapat diambil adalah kerja sama petani dengan koperasi atau industri yang berperan menjadi pasar dari produk pertanian itu.

Prioritas (Priorities)

Tahun 2006, menurut Hidayat, pembangunan Kabupaten Tasikmalaya terfokus pada pemindahan ibu kota ke Kecamatan Singaparna. Sekretaris Program Pendanaan Kompetisi (PPK) IPM Kabupaten Tasikmalaya Endang Wahyuningsih menuturkan, untuk mengganti turunnya produksi pertanian akibat alih fungsi lahan pemindahan ibu kota harus dilakukan perbaikan teknologi pertanian, yaitu dengan mengembangkan pertanian padi organik. (adh)

https://www.kompas.com/kompas-cetak/0608/22/Jabar/4909.htm

0 Comments:

Post a Comment

<< Home